حَدَّثَنَا أَبُو
كُرَيْبٍ حَدَّثَنَا عَبْدَةُ بْنُ سُلَيْمَانَ وَجَعْفَرُ بْنُ عَوْنٍ عَنْ
الْإِفْرِيقِيِّ عَنْ عِمْرَانَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَلَاثَةٌ لَا
تُقْبَلُ لَهُمْ صَلَاةٌ الرَّجُلُ يَؤُمُّ الْقَوْمَ وَهُمْ لَهُ كَارِهُونَ
وَالرَّجُلُ لَا يَأْتِي الصَّلَاةَ إِلَّا دِبَارًا يَعْنِي بَعْدَ مَا يَفُوتُهُ
الْوَقْتُ وَمَنْ اعْتَبَدَ مُحَرَّرًا
(IBNUMAJAH - 960) : Telah menceritakan kepada kami
Abu Kuraib berkata, telah menceritakan kepada kami 'Abdah bin Sulaiman dan
Ja'far bin Aun dari Al Ifriqi dari Imran dari Abdullah bin Amru ia berkata,
"Rosululloh shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tiga golongan yang shalatnya tidak diterima; seseorang yang mengimami suatu kaum sementara mereka tidak menyukainya, orang yang tidak melaksanakan shalat kecuali telah habis waktunya, dan orang yang memperbudak orang merdeka. "
"Rosululloh shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tiga golongan yang shalatnya tidak diterima; seseorang yang mengimami suatu kaum sementara mereka tidak menyukainya, orang yang tidak melaksanakan shalat kecuali telah habis waktunya, dan orang yang memperbudak orang merdeka. "
Komentar
1. Yang
dimaksud Imam yang dibencii bukan dengan ukuran kehendak atau keebencian
masyarakat setempat disebabkan kecemburuan sosial
2.
Karena rata-rata imam yang dibencii masyarakat umum
disebabkan karena panjang dan lama solat Imamnya
3.
Harus dia selalu jadi Imam, jika ada orang lain yang
sudah bisa atau mampu maka dia selalu memberi komentar agar jangan mau lagi
jadi Imam
4.
Jadi Imam yang dibencii adalah Imam yang salah
bacaan, terlalu cepat atau bagus bacaannya tetapi lambat cara membacanya
seperti bacaan mujawwad di MTQ, karena bila mujawaad maka makmum
akan berangan-angan dalam solat dan merasa lama dalam solat pada hal yang
dibaca baru sedikit
5.
Bacaan mujawaad kurang berterima car abaca dalam solat,
makanya bacaan solat yang berterima adalah murottal ( seperti nada baca
tahfiz dalam MTQ)
6.
Dalam hal ini bila diperhatikan secara seksama di
mana Imam di Masjid al-Harom adalah nada murottal
7.
Imam itu harus berusaha dengan maksimal mendirika
solat sesuai dengan tatacara yang ada dalam hadis dengan maksud agar umat tahu
tatacara solat Rasul berdasarkan hadis yang ada
8.
Tegorlah Imam yang salah dengan cara menanya di mana
dasarnya yang Imam lakukan tadi setelah selesai solat, jika dia tidak mampu
mengetengahkan dalil tentu harus diperbaiki dengan dalil yang ada
9.
Dimohon kepada para muadzdzin di Masjid di mana berada,
jangan dibiasakan bacaan harokat melebihi aturan ukuran Mad yang ada
10.
Cotohnya membaca الله ada yang panjangnya 12 harkat, pada hal yang
benar adalah 2 harkat
11.
Jangan
berpaham jika semakin dipanjangkan maka semakin tambah apahala yang diperoleh
12.
Jawabannya bukan
bertambah pahala tetapi menambah dosa karena melanggar aturan ukuran mad asli
yang ukuran panjangnya 2 harkat saja, tidak boleh ditambah dan dikurangi
13.
Demikian
juga akhir bacaan lafazh adzan, di mana para muadzdzin membacanya sekuat nafasnya
tanpa memperdulikan ukuran madnya ayitu maksimal 6 harkat, karena Mad ‘Aridh
lissukun
14.
Diharapkan
para muadzdzin agar mematuhi
aturan ukuran mad yang ada dalam bacaan adzan
15.
Perlu
diperhatikan bersama bahwa nada iqomah itulah nada adzan yang baik dan benar
menyrut ilmu qiroahnya
16.
Aanlisanya
kenapa bacaan yang sama ( bacaan adzan dan iqomah) sangat perlu dibedakan dalam
membacanya
17.
Di mana baca
adzan harus sekuat nafas sedangkan nada iqomahnya dengan murottal
18.
Tentu yang
benar adalah sama-sama nada murottal
19.
Analisa
berikutnya kita terbiasa dan tidak pernah teranalisakan, bahwa adzan kita
sekuat nafas tetapi solat qoblanya jika ada sangat pendek dan sangat ringkas
20.
Sebaiknya
nada adzan dan iqomah murottal saja maka baguskan solat sunnaj qobla yang ada
21.
Analisa penulis
yang tidak ada qoblanya adalah solat fardu ‘Isya dan qobla jum’at
22.
Jia mau
solat sebelum ‘Isya silakan cepat masuk ke Masjid atau ke rumah solat sunnah
mutlaq sebelum dapat waktunya
23.
Demikian
juga solat jum’at, silakan cepat ke Masjid untuk solat sunnah mutlaq
24.
Dan penting
dipahami bersama, bahwa solat tahiyyatul masjid tidak ada hanya ada kesalahan
pemahaman tentang hadisnya
25.
Yaitu jangan
duduk di Masjid sebelum solat dua roka’at jika kita masuk masjid Hadisnya
sebagai berikut:
حَدَّثَنَا الْمَكِّيُّ بْنُ
إِبْرَاهِيمَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ سَعِيدٍ عَنْ عَامِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ
بْنِ الزُّبَيْرِ عَنْ عَمْرِو بْنِ سُلَيْمٍ الزُّرَقِيِّ سَمِعَ أَبَا قَتَادَةَ
بْنَ رِبْعِيٍّ الْأنْصَارِيَّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ أَحَدُكُمْ
الْمَسْجِدَ فَلَا يَجْلِسْ حَتَّى يُصَلِّيَ رَكْعَتَيْنِ
(BUKHARI - 1097) : Telah menceritakan kepada kami Al
Makkiy bin Ibrahim dari 'Abdullah bin Sa'id dari 'Amir bin 'Abdullah bin Az
Zubair dari 'Amru bin Sulaim Az Zuraqiy dia mendengar Abu Qatadah bin Rib'iy Al
Anshariy radliallahu 'anhu berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Jika seorang dari kalian masuk ke dalam masjid maka janganlah dia duduk
sebelum shalat dua raka'at".
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ
مَسْلَمَةَ بْنِ قَعْنَبٍ وَقُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ قَالَا حَدَّثَنَا مَالِكٌ ح
و حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى قَالَ قَرَأْتُ عَلَى مَالِكٍ عَنْ عَامِرِ
بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الزُّبَيْرِ عَنْ عَمْرِو بْنِ سُلَيْمٍ الزُّرَقِيِّ
عَنْ أَبِي قَتَادَةَ أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا دَخَلَ أَحَدُكُمْ
الْمَسْجِدَ فَلْيَرْكَعْ رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ أَنْ يَجْلِسَ
(MUSLIM
- 1166) : Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Maslamah bin Qa'nab dan
Qutaibah bin Said keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami Malik (dan
diriwayatkan dari jalur lain) telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya
katanya; Aku pernah menyetorkan hapalan kepada Malik dari Amir bin Abdullah bin
Zubair dari 'Amru bin Sulaim Az Zuraqi dari Abu Qatadah bahwa Rosululloh
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Jika salah seorang diantara kalian
masuk masjid, shalatlah dua rakaat sebelum duduk."
حَدَّثَنَا
قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا مَالِكُ بْنُ أَنَسٍ عَنْ عَامِرِ بْنِ عَبْدِ
اللَّهِ بْنِ الزُّبَيْرِ عَنْ عَمْرِو بْنِ سُلَيْمٍ الزُّرَقِيِّ عَنْ أَبِي
قَتَادَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
إِذَا جَاءَ أَحَدُكُمْ الْمَسْجِدَ فَلْيَرْكَعْ رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ أَنْ
يَجْلِسَ قَالَ
وَفِي الْبَاب عَنْ جَابِرٍ وَأَبِي أُمَامَةَ وَأَبِي هُرَيْرَةَ وَأَبِي ذَرٍّ
وَكَعْبِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ أَبُو عِيسَى وَحَدِيثُ أَبِي َادَةَ
حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ وَقَدْ رَوَى هَذَا الْحَدِيثَ مُحَمَّدُ بْنُ عَجْلَانَ
وَغَيْرُ وَاحِدٍ عَنْ عَامِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الزُّبَيْرِ نَحْوَ
رِوَايَةِ مَالِكِ بْنِ أَنَسٍ وَرَوَى سُهَيْلُ بْنُ أَبِي صَالِحٍ هَذَا
الْحَدِيثَ عَنْ عَامِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الزُّبَيْرِ عَنْ عَمْرِو بْنِ
سُلَيْمٍ الزُّرَقِيِّ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهَذَا حَدِيثٌ غَيْرُ مَحْفُوظٍ وَالصَّحِيحُ
حَدِيثُ أَبِي قَتَادَةَ وَالْعَمَلُ عَلَى هَذَا الْحَدِيثِ عِنْدَ أَصْحَابِنَا
اسْتَحَبُّوا إِذَا دَخَلَ الرَّجُلُ الْمَسْجِدَ أَنْ لَا يَجْلِسَ حَتَّى
يُصَلِّيَ رَكْعَتَيْنِ إِلَّا أَنْ يَكُونَ لَهُ عُذْرٌ قَالَ عَلِيُّ بْنُ
الْمَدِينِيِّ وَحَدِيثُ سُهَيْلِ بْنِ أَبِي صَالِحٍ خَطَأٌ أَخْبَرَنِي بِذَلِكَ
إِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ عَنْ عَلِيِّ بْنِ الْمَدِينِيِّ
(TIRMIDZI - 290) : telah menceritakan kepada kami
Qutaibah bin Sa'id berkata; telah menceritakan kepada kami Malik bin Anas dari
'Amir bin Abdullah bin Az Zubair dari 'Amru bin Sulaim Az Zuraqi dari Abu
Qatadah ia berkata; "Rosululloh shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Jika salah seorang dari kalian masuk ke dalam masjid maka hendaklah ia
shalat dua rakaat sebelum duduk." Ia berkata; "Dalam bab ini juga ada
riwayat dari Jabir, Abu Umamah, Abu Hurairah, Abu Dzar dan Ka'ab bin
Malik." Abu Isa berkata; "Hadits Abu Qatadah derajatnya hasan shahih.
Muhammad bin 'Ajlan dan selainnya juga telah meriwayatkan hadits ini dari 'Amir
bin Abdullah bin Az Zubair sebagaimana riwayat Malik bin Anas." Suhail bin
Shalih juga meriwayatkan hadits ini dari 'Amru bin Sulaim bin Az Zuraqi, dari
Jabir bin Abdillah, dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Namun hadits ini
sanadnya tidak terjaga. Dan hadits Abu Qatadah lah yang lebih shahih.
Sahabat-sahabat kami mengamalkan hadits ini, mereka menyukai jika seseorang
masuk ke dalam masjid, ia tidak duduk hingga shalat dua rakaat, kecuali ada
udzur. Ali bin Al Madini berkata; "Hadits Suhail bin Abu Shalih ini salah.
Aku telah diberi kabar tentang hal itu oleh Ishaq bin Ibrahim dari Ali bin Al
Madini."
أَخْبَرَنَا
قُتَيْبَةُ قَالَ حَدَّثَنَا مَالِكٌ عَنْ عَامِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ
الزُّبَيْرِ عَنْ عَمْرِو بْنِ سُلَيْمٍ عَنْ أَبِي قَتَادَةَ أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا دَخَلَ أَحَدُكُمْ
الْمَسْجِدَ فَلْيَرْكَعْ رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ أَنْ يَجْلِسَ
(NASAI - 722) : Telah mengabarkan kepada kami Qutaibah
dia berkata; telah menceritakan kepada kami Malik dari Amir bin Abdullah bin
Jubair dari Amr bin Sulaim dari Abu Qatadah, bahwa Rosululloh
Shallallahu'alaihi wasallam bersabda: "Apabila salah seorang dari kalian
masuk masjid, hendaklah ia melakukan shalat dua rakaat sebelum duduk."
Analisa
hadis di atas adalah sebagai berikut:
1. Apabila masuk masjid bukan nama solat tetapi syaratnya
masuk masjid baru ada solat yang akan dilakukan sbelum duduk
2. Bandingan jangan kita duduk di rumah orang lain sebelum
didzinkannya kita duduk atau dpersilakannya
3. Demikian juga di Masjid jangan duduk di Masjid sebelum
kita solat minimal 2 rokaat
4. Maksud 2 rokaat adalah, jika kita masuk kemasjid belum
masuk waktu solat fardu maka kita solat mutlak minimal 2 rokaat maksimalnya
tidak ada batasan
5. Jika kita masuk jamaah solat fardu atau sunnah maka kita
ikuti langsung maka solat itulah solat 2 rokaat kita, makanya minimal solat
fardu 2 rokaat ( solat fardu shubuh)
6. Jika kita masuk sudah habis adzan maka ada solat qoblanya
maka kita langsung solat sunanh qoblanya
7. Jika kita masuk khutbah jum’at sedang berlangsung maka
kita langsung mendengarkan khutbah tersebut
8. Jika kita masuk ada adzan, tetapi adzannya sangat panjang
maka jika tidak sanggup lama berdiri karena sakit maka silakan duduk saja,
habis adzan maka kita solat yang ada ( jika ada qoblanya maka kita solat sunnah
qoblanya, jika tidak ada maka langsung solat fardu sperti solat fardu ‘Isya’
No comments:
Post a Comment