حَدَّثَنَا رَوْحٌ
قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ وَالثَّوْرِيُّ قَالَا حَدَّثَنَا مَنْصُورٌ عَنْ
رِبْعِيِّ بْنِ حِرَاشٍ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا مَسْعُودٍ عُقْبَةَ بْنَ عَمْرٍو
الْبَدْرِيَّ يَقُولُ قَالَ نَبِيُّ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ مِمَّا أَدْرَكَ النَّاسُ مِنْ كَلَامِ
النُّبُوَّةِ الْأُولَى إِذَا لَمْ تَسْتَحْيِ فَاصْنَعْ مَا شِئْتَ
(AHMAD - 16478) : Telah menceritakan kepada kami
Rauh berkata; Telah menceritakan kepada kami Syu'bah dan Tsauri berkata; Telah
menceritakan kepada kami Manshur dari Rib'i bin Hirasy berkata; saya telah
mendengar Abu Mas'ud, Uqbah bin 'Amr Al Badri berkata; Nabiyullah
Shallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Sesungguhnya yang termasuk
pertama-tama didapatkan manusia dari perkataan kenabian pertama adalah, 'Jika
kamu tidak punya malu, berbuatlah sesukamu'."
Komentar
1. Sifat malu
luas pengertiannya, yakni berbuat salah, meninggalkan yang benar harus malu,
selalu dalam ibadah apa adanya harus malu, merasa puas terhadap ilmu yang ada
malu, mengabaikan hal-hal yang disunnahkan Nabi malu, melanggar aturan
beribadah dari hadis Rasul malu
2.
Dalam hal ini harus malu seorang Imam ayat solatnya
suroh-suroh yang pendek tahun-katahun
3.
Sehingga makmum anak-anak bisa menerka atau
mempridiksi ayat apa yang akan dibaca Imam setiap solat yang jahar
4.
Malu bacaan yang salah yang tidak sesuai dengan ilmu
tajwid, makhroj dan waqafnya
5.
Malu solatnya yang cepat-cepat seperti yang ada
dikejar dan mengejar dia atau seperti solat anak-anak suka yang cepat
6.
Malu jika solat harus ringkas dan pendek, jika acara
adat harus lama dan panjang
7.
Malu setiap saat tidak mampu jadi Imam tetap menjadi
makmum terus menerus tidak terpikir bagaimana saya mampu jadi Imam dan bacaan
saya yang terbaik di mana dia berada
8.
Malu anak-anaknya tidak mampu solat dan menjadi Imam
solat
9. Malu tidak
naik atau tidak bertambah kemampuan baca Alqurannya
No comments:
Post a Comment