ulumul hadis pertemuan ke empat belas - Drs. Dame Siregar, M.A

ulumul hadis pertemuan ke empat belas

Share This

Perbandingkan Dengan Kitab Kontemporer

Perbandingan Dengan Kitab Kontemporer

  1. Caranya klik simbol  مسائل فقهيةkemudian klik المجموعة كلها,
  2. selanjutnya ketik kata kuncinya  إنما الأعمال بالنيات   maka muncul nama-nama kitab Masail Fiqhiyyah,
  3. kemudian cari lagi kitab yang lain yang sifatnya kitab itu tahun terbitnya pada akhir-akhir ini dan selanjutnya.
  4. Kemudian  hasil dari simbol adalah  sebagai berikut:

 

وأما تخصيص بعض العامة إحرام المرأة في الأخضر أو الأسود دون غيرهما فلا أصل له . ثم بعد الفراغ من الغسل والتنظيف ولبس ثياب الإحرام ، ينوي بقلبه الدخول في النسك الذي يريده من حج أو عمرة ، لقول النبي صلى الله عليه وسلم : « إنما الأعمال بالنيات وإنما لكل امرئ ما نوى » ويشرع له التلفظ بما نوى فإن كانت نيته العمرة قال : " لبيك عمرة " أو " اللهم لبيك عمرة " . وإن كانت نيته الحج قال : " لبيك حجا " أو " اللهم لبيك حجا " . لأن النبي صلى الله عليه وسلم فعل ذلك والأفضل أن يكون التلفظ بذلك بعد استوائه على مركوبه من دابة أو سيارة أو غيرهما ، لأن النبي صلى الله عليه وسلم إنما أهل بعد ما استوى على راحلته وانبعثت به من الميقات للسير ، هذا هو الأصح من أقوال أهل العلم[1]

 

Niat itu dalam hati tidak dilafazkan kecuali ibadah ‘Umroh dan Haji, لبيك عمرة " أو " اللهم لبيك عمرة " لبيك حجا " أو " اللهم لبيك حجا karena Nabi melaksanakannya dengan lafaz  yang artinya aku junjung tinggi ya Alloh perintah-Mu dalam melaksanakan ‘Umroh atau Haji. Jika kalimat ini dipahami niat maka tentu niat haji dan ‘Umroh dilafazkan tetapi jika dipahami perwujudan dari niat pada saat akan memakai ihrom, maka bacaan ini bukan niat tetapi pernyataan yang hakiki yang keluar dari dorongan kegembiraan mampu dan sampainya ke baitullah, maka bacaan itu adalah sekedar zikir kapada Alloh subhanahu wa ta’ala. Seperti bacaan doa iftitah dalam solat dibaca setelah pernyataan niat sebelum takbir ihrom sebagai awal solat bukan dari niat, makanya niat adalah syarat ibadah secara umum tanpa kecuali.

Kitab al-Fiqh fi ad-Din

Pendapat Ahmad bin Hajar Ali bin ‘Ali dan kawannya-kawannya, bahwa niat dalam hadis tentang niat adalah sebagai berikut:

 

والنية : شرط لجميع الأعمال من طهارة وغيرها . لقوله صلى الله عليه وسلم : « "إنما الأعمال بالنيات ، وإنما لكل امرئ ما نوى » متفق عليه . ثم يقول : "بسم الله" ويغسل كفيه ثلاثاً ثم يتمضمض ، ويستنشق ثلاثاً بثلاث غرفات ، ثم يغسل وجهه ثلاثاً ، ويديه مع المرفقين ثلاثاً . ويمسح رأسه من مقدمه إلى قفاه بيديه . ثم يعيدهما إلى المحل الذي بدأ منه مرة واحدة . ثم يدخل سبابتيه في أذنيه ويمسح بإبهاميه ظاهرهما ، ثم يغسل رجليه مع الكعبين ثلاثاً ثلاثاً [2]

Niat adalah syarat ibadah secara keseluruahan seperti wudu’ untuk mengamalkan hadis tentang niat, cara berwudu’ baca basmalah, baru niat, basuh dua telapak tangan, berkumur-kumur 3 kali, masukkan air kehidung sampai ke dalam matan cara menghirupnya bukan memasukkannya dengan telapak tangan 3 kali, membasuh muka 3 kali, dua tangan sampai dua siku 3 kali, menyapu seluruh kepala matan dua telapak tangan dimulai dari depan sampai ke tengkuk, kemudian kembalikan kesemula selanjutnya masukkan jari telunjuk ke dalam lipatan dua telinga sambil menyapunya dan dua ibu jari menyapu bagian luar telinga dari bawah sampai ke atas baik laki-laki maupun wanita tanpa kecuali dan membasuh dua kaki sampai mata kaki 3 kali kecuali dalam musafir boleh menyapu sepatu atau sandal jika ada masyaqqoh atau kesulitan.

            Berdasarkan hadis di atas jelas bahwa niat itu dihunjamkan sesudah baca basmalah atau sebelum baca basmalah, bukan sebelum membasuh wajah atau muka. Makanya wudu’ yang benar adalah seperti dalam hadis di atas, tetapi ada hadis yang satu satu kali dan ada yang dua-dua kali. Namun ada yang sangat perlu diperhatikan dengsn seksama yaitu menyapu seluruh kepala atau rambut baik yang panjang atau tidak ada rambutnya hanya satu kali bukan 3 kali atau 2 kali.

            Dalam kutipan ini jelas bahwa niat adalah syarat ibadah, kemudian akan memasuki pelaksanaan ibadah tersebut dibaca basmalah atau hamdalah sebagai pernyataan bahwa ibadah itu dari Alloh subhanahu wa ta’ala. Maka saya wajib melaksanakannya dengan petunjuk Alloh dan Rasulnya matan sungguh-sungguh.  Untuk jelasnya bisa di baca kutipan di bawah ini.

 

Kitab min al-Ahkam al-Fiqhiyyah fi ath-Thoharoh wa ash-Asholah wa al-Janaiz

            Muhammad Solih al-Atsimin berpedapat tentang niat adalah sebagai berikut:

لخشوع في الصلاة : ( وهو حضور القلب ) والمحافظة عليها من أسباب دخول الجنات قال الله تعالى : { قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ }{ الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ }{ وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ }{ وَالَّذِينَ هُمْ لِلزَّكَاةِ فَاعِلُونَ }{ وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ }{ إِلَّا عَلَى أَزْوَاجِهِمْ أوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ }{ فَمَنِ ابْتَغَى وَرَاءَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْعَادُونَ }{ وَالَّذِينَ هُمْ لِأَمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ }{ وَالَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلَوَاتِهِمْ يُحَافِظُونَ }{ أُولَئِكَ هُمُ الْوَارِثُونَ }{ الَّذِينَ يَرِثُونَ الْفِرْدَوْسَ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ } . الإخلاص لله تعالى في الصلاة وأداؤها كما جاءت به السنة ، هما الشرطان الأساسيان لقبولها ، قال النبي ، صلى الله عليه وسلم : « إنما الأعمال بالنيات وإنما لكل امرئ ما نوى » (1) ، وقال : « صلوا كما رأيتموني أصلي » (2) . الصلاة الصلاة : عبادة ذات أقوال وأفعال ، أولها التكبير وآخرها التسليم[3]

Khusyu’ artinya kehadiran atau keikut sertaan hati dalam mengikuti rukun dan syarat suatu ibadah serta memelihara hati, sebab-sebab mengantarkan perhatian agar dimasukkannya dirinya ke dalam sorganya. Dalilnya adalah suroh al-Mukminun ayat 1 -12 di atas. Dalam ayat di atas tersirat makna ikhlas yaitu mengikhlaskan hati dalam beribadah untuk melakukan aturan ibadah yang ditentukan Islam. Sebagaimana hadis tentang niat dan solatlah kalian seperti yang saya lakukan. Solat adalah ibadah yang di awali dengan takbir ihrom diakhiri dengan salam.

            Dari pengertian solat di atas jelas bahwa berdiri termasuk syarat solat yang setara matan menghadap kiblat baru hunjamkan niat, makanya niat solat dihunjamkan sebelum takbir ihrom, baca isti’zah dan hamdalah, angkat tangan sejajar matan daun telinga baru baca Allohu akbar dan seterusnya. 

            Ayat dalam suroh al-Mu’minun ayat 1 – 13 menjelaskan bahwa ibadah itu wajib khusyu’ dengan cara mengikuti dengan sungguh tatacara ibadah itu sesuai dengan petunjuk Allh dan Rasul-Nya, sebagaiman hadis Rasul menjelaskan solatlah kalian seperti kalian lihat saya solat. Di antara penjelasannya adalah solat itu awalnya takbir dan diakhiri matan salam

Kitab Tuhfah al-Ikhwan al-Ajwibah Muhimmatun

Tata’allq bi Arkan al-Islam

6 - نسمع كثيرا من الناس يتلفظ بالنية عند الدخول في الصلاة فما حكمه ؟ وهل له أصل في الشرع ؟ الجواب : لا أصل للتلفظ بالنية في الشرع المطهر ولم يحفظ عن النبي - صلى الله عليه وسلم - ولا عن أصحابه رضي الله عنهم التلفظ بالنية عند الدخول في الصلاة وإنما النية محلها القلب لقول النبي - صلى الله عليه وسلم : « إنما الأعمال بالنيات وإنما لكل امرئ ما نوى » متفق على صحته من حديث أمير المؤمنين عمر بن الخطاب - رضي الله عنه[4] 

Ada yang bertanya: bahwa banyak di antara umat yang mengatakan harus melafazkan niat itu ketika mau solat. Jawabnya tidak , karena Nabi dan para sahabatnya tidak diperoleh dalilnya dari mereka untuk melafazkannya, oleh karenanya niat itu tempatnya dalam hati.

Kitab Risalah fi al-Fiqh al-Maisir

9 الرجوع لاستلام الحجر الأسود قبل الخروج إلى المسعى . الركن الثالث السعي : السعي : هو المشي بين الصفا والمروة ذهابا وإيابا بنية التعبد وهو ركن في الحج والعمرة . أ- شروط السعي : شروط السعي هي : 1 - النية ، لقوله صلى الله عليه وسلم : « إنما الأعمال بالنيات » 2 - الترتيب بينه وبين الطواف، بأن يقدم الطواف على السعي . 3 - الموالاة بين أشواطه ، غير أن الفصل اليسير لا يضر ولا سيما إذا كان لحاجة . 4 - إكمال العدد سبعة أشواط ، فلو نقص شوطا أو بعض الشوط لم يجزئ ، إذ حقيقته متوقفة على تمام أشواطه . 5 - وقوعه بعد طواف صحيح ، سواء كان الطواف واجبا أو مسنونا .ب- سنن السعي : سنن السعي هي : 1 - الخبب ، وهو سرعة المشي بين الميلين الأخضرين الموضوعين على حافتي الوادي القديم الذي خبَّت فيه " هاجر " أم إسماعيل عليهما السلام ، وهو سنة للرجال القادرين دون الضعفة والنساء . 2 - الوقوف على الصفا والمروة للدعاء فوقهما . 3 - الدعاء على كل من الصفا والمروة في كل شوط من الأشواط السبعة [5]

 

Istilam ( melambaikan tangan) menghadap ke Hajar al-Aswad ketika sampai pada garis start towaf garis warna coklat. Selesai towaf maka lanjut untuk melakukan sa’i antara bukit shofa dan marwah pergi dan pulang dihitung 2 kali. Syarat sa’i itu adalah (1) niat, ( 2) tertib dimulai dari shofa diakhiri di marwah, (3 ) Berkelanjutan yang sa’i itu jangan terlalu lama berhenti sebelum habis kecuali ada hajat yang mendadak seperti qodo hajat, (4) harus 7 kali, (5) harus sesudah towaf. Sunnah sa’i al-khubub artinya lari-lari kecil antara dua  garis hijau bagi laki-laki bukan kepada yang lemah dan wanita, berdoa setelah samapi ke bukit sofa dan marwah masing-masing sebentar saja.

            Dalam penjelasan di atas jelas bahwa niat itu syarat bagi ibadah sa’i          

 

Perbandingan

Dengan  Kitab al-Fatawa

 

  1. Caranya klik simbol فتاوى
  2. kemudian klik المجموعة كلها,
  3. selanjutnya ketik kata kuncinya  إنما الأعمال بالنيات   maka muncul nama-nama kitab Fatawa,kemudian cari lagi kitab yang lain yang sifatnya kitab itu tahun terbitnya akhir-akhir ini. Kemudian  hasil dari simbol adalah  sebagai berikut:

 

Kitab Fatawa al-Lajnah ad-Daimah li al-Buhuts

al-‘Ilmiyyah wa al-Ifta’

وإن نوى الغسل فقط لم يجزئه عن الوضوء على الصحيح من أقوال العلماء. لما ثبت من قوله صلى الله عليه وسلم: « إنما الأعمال بالنيات وإنما لكل امرئ ما نوى » لكن الأفضل أن يبدأ الجنب بغسل فرجه ثم يتوضأ وضوءه للصلاة ثم يغتسل للجنابة فيفيض الماء على سائر جسده تأسيا بالنبي صلى الله عليه وسلم[6]

            Niat mandi saja tidak berlaku sampai ibadah wudu’ menurut pendapat para Ulama. Dalilnya hadis tentang niat. Sebenarnya memulai mandi junub caranya, basuh dulu anggota dua jalan sebaik-baiknya, kemudian lakukakn cara wudu’ yang benarnya, selanjutnya baru lakukan niat mandi baru alirkan air ke seluruh anggota tubuh. Jika terjadi batal wudu’ saat mandi maka kembali berwudu’.

            Ada hal yang perlu diketahui secara mendalam, yakni seorang wanita yang haid kemudian baru pukul 10 malam berhenti darah haidnya, maka ada di antara wanita yang tidak solat ‘Isya dikarenakan tidak sanggup mandi pada malamnya karena dingin. Untuk menjawab persoalan ini adalah silakan mandi matan melap seluruh tubuh matan handuk kecil yang bersih matan air hangat, tentang basah rambut silakan sapukan matan handuk itu juga. Kemudian ada orang berpaham menyapu matan kain handuk tidak shoh mandinya karena tidak mengalir air. Jawabannya dalam berwudu’ caranya matan menyapu bagian kepala, maka tentu baik cara menyapunya pada saat mandi. Demikian juga oaring mimpi basah, pada hal ia tidak bisa mandi matan mengalirkan air keseluruh tubuh karena takut tambah lama tidak sembuh menurut nasehat dokter. Maka cara mandinya cukup matan melapnya matan handuk matan air hangat. Jika tidak bisa matan air hangat maka cukup matan tayammum dalilnya suroh al-Maidah ayat 6:

 

$pkšr'¯»tƒ šúïÏ%©!$# (#þqãYtB#uä #sŒÎ) óOçFôJè% n<Î) Ío4qn=¢Á9$# (#qè=Å¡øî$$sù öNä3ydqã_ãr öNä3tƒÏ÷ƒr&ur n<Î) È,Ïù#tyJø9$# (#qßs|¡øB$#ur öNä3ÅrâäãÎ/ öNà6n=ã_ör&ur n<Î) Èû÷üt6÷ès3ø9$# 4 bÎ)ur öNçGZä. $Y6ãZã_ (#r㍣g©Û$$sù 4 bÎ)ur NçGYä. #ÓyÌó£D ÷rr& 4n?tã @xÿy ÷rr& uä!%y` Ótnr& Nä3YÏiB z`ÏiB ÅÝͬ!$tóø9$# ÷rr& ãMçGó¡yJ»s9 uä!$|¡ÏiY9$# $tB ߃̍ムª!$# Ÿ@yèôfuŠÏ9 Nà6øn=tæ ô`ÏiB 8ltym `Å3»s9ur ߃̍ムöNä.tÎdgsÜãŠÏ9 §NÏGãŠÏ9ur ¼çmtGyJ÷èÏR öNä3øn=tæ öNà6¯=yès9 šcrãä3ô±n@ ÇÏÈ  

 

6. Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai matan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai matan kedua mata kaki, dan jika kamu junub Maka mandilah, dan jika kamu sakit[403] atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh[404] perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, Maka bertayammumlah matan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu matan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.

[403] Maksudnya: sakit yang tidak boleh kena air.

[404] Artinya: menyentuh. menurut jumhur Ialah: menyentuh sedang sebagian mufassirin Ialah: menyetubuhi.[7]

Suroh an-Nisa’ ayat 43

$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãYtB#uä Ÿw (#qç/tø)s? no4qn=¢Á9$# óOçFRr&ur 3t»s3ß 4Ó®Lym (#qßJn=÷ès? $tB tbqä9qà)s? Ÿwur $·7ãYã_ žwÎ) ̍Î/$tã @@Î6y 4Ó®Lym (#qè=Å¡tFøós? 4 bÎ)ur LäêYä. #ÓyÌó£D ÷rr& 4n?tã @xÿy ÷rr& uä!$y_ Ótnr& Nä3YÏiB z`ÏiB ÅÝͬ!$tóø9$# ÷rr& ãLäêó¡yJ»s9 uä!$|¡ÏiY9$# öNn=sù (#rßÅgrB [ä!$tB (#qßJ£JutFsù #YÏè|¹ $Y7ÍhŠsÛ (#qßs|¡øB$$sù öNä3Ïdqã_âqÎ/ öNä3ƒÏ÷ƒr&ur 3 ¨bÎ) ©!$# tb%x. #qàÿtã #·qàÿxî ÇÍÌÈ  

43. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam Keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam Keadaan junub[301], terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, Maka bertayamumlah kamu matan tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pema'af lagi Maha Pengampun.

 

[301] Menurut sebahagian ahli tafsir dalam ayat ini termuat juga larangan untuk bersembahyang bagi orang junub yang belum mandi.[8]

Kitab Al-Muntaqo min Fatawa al-Fauzan

514 ـ ما معنى الحديثين : ( إنما الأعمال بالنيات وإنما لكل امرئ ما نوى ) [ رواه البخاري في صحيحه ( 1/2 ) ] ، والآخر : ( عفي لأمتي الخطأ والنسيان وما حدثت به أنفسها ما لم تتكلم أو تعمل به ) [ رواه الدارقطني في سننه ( 4/171 ) ، ورواه الحاكم في مستدركه ( 2/198 ) كلاهما بنحوه ] ؟ معنى الحديث الأول : أن المعتبر في أعمال العبادات نية صاحبها، لا صورها الظاهرة؛ فمن كان يقصد بعمله وجه الله وثوابه؛ فعبادته صحيحة؛ بشرط أن تكون موافقة لما شرعه الله ورسوله، ويرجى له فيها الثواب، ومن كان يقصد بعمله رثاء الناس ومدحهم له، أو يقصد به طمعًا من مطامع الدنيا؛ فعمله باطل، لا ثواب له عليه . قال تعالى : { فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّينَ، الَّذِينَ هُمْ عَن صَلاتِهِمْ سَاهُونَ، الَّذِينَ هُمْ يُرَاؤُونَ، وَيَمْنَعُونَ الْمَاعُونَ } [ سورة الماعون : آية 4- إلى آخر السورة ] . وقال تعالى : { مَن كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لاَ يُبْخَسُونَ، أُوْلَئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ في الآخِرَةِ إِلاَّ النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُواْ فِيهَا وَبَاطِلٌ مَّا كَانُواْ يَعْمَلُونَ } [ سورة هود : آية 15، 16 ] . وكذلك؛ من أراد نافلة؛ لم تجز عن فريضة . . . إلى غير ذلك . والله أعلم . وأما قوله صلى الله عليه وسلم : ( عفي لأمتي الخطأ والنسيان . . . " الحديث؛ فمعناه : أن الله سبحانه لا يؤاخذ المخطئ والناسي؛ لأنهما لا قصد لهما، فمن أكل أو شرب ناسيًا في نهار رمضان وهو صائم؛ فإن ذلك لا يؤثر على صيامه . . . ونحو ذلك . وكذلك لا يؤاخذ الله من فكر في نفسه بعمل معصية قولية أو فعلية، لكنه لم ينفذ ما فكر فيه، مع تمكنه منه؛ فإنه لا يأثم على مجرد نيته، وهذا من فضل الله على عباده، وحثهم على فعل الطاعات وترك المعاصي والمحرمات[9]

 

Makna hadis tentang niat dan dimaafkan kesalahan umat apabila terjadi kesalahan dan kelupaan matan syarat hanya kesalahan dari dirinya sendiri dan ia langsung mengamalkan suatu kerja. Makna hadis pertama adalah menurut pendapat yang dipercaya bahwa ibadah tanpa niat tidak benar  amal tersebut harus karena mengharap rido Alloh dan caranya harus berdasarkan syari’at Islam, jangan karena ria untuk dinilai manusia begini begitu. Dalilnya bisa dilihat suroh al-Ma’un ayat 4 dan suroh Hud ayat 15 dan 16. Orang yang sedang puasa tiba-tiba dia makan atau minum maka puasanya bukan batal karena lupa. Demikian juga orang yang berpikir yang salah dari dirinya sendiri serta mengamalkannya tetapi dia tidak tahu hal itu salah maka dia tidak disiksa atau tidak berdosa tetapi harus belajar terus jangan berhenti dalam celah-celah kehidupan mencari nafkah. Niat yang jelek tetapi tidak dilakukan maka hal tersebut belum berdosa tetapi jangan disengaja.

Kitab Silsilah Liqoat al-Bab al-Maftuh

الجواب: إذا نوى الصيام أثناء النهار وهو نفل ولم يأت قبله بما ينافي الصوم من أكل أو شرب أو غيرهما فصومه صحيح، سواء كان قبل الزوال أم بعد الزوال، ولكن هل يثاب من أول النهار، أو يثاب من النية؟ الصحيح: أنه يثاب من النية فقط؛ لقول النبي صلى الله عليه وسلم: (إنما الأعمال بالنيات، وإنما لكل امرئ ما نوى)، والفائدة: أنه يكتب له أجر الصيام منذ نوى إلى غروب الشمس.......[10]

Orang yang berniat puasa sunat di tengah hari atau sesudah gelincir matahari apakah niatnya itu diberi pahala atau tidak? Jawabannya adalah diberi pahala khusus niatnya itu sejak mulai dia berniat, tetapi puasanya tetap bernilai puasa penuh dengan syarat tidak ada dilakukannya hal-hal yang membatalkan puasanya menurut aturan Islam yang ada

            Apabila diperhatikan kitab- kitab yang dikutip di atas nampaknya saling berkait dan mendukung bahwa Hadis tentang niat hukumnya dalam beribadah adalah:

1.    Syarat Ibadah bukan rukunnya

2.    Niat itu dalam hati bukan dilafazkan, boleh dilafazkan pada saat mempelajarinya untuk mengetahui kata apa yang dihunjamkan dalam hati sesuai dengan nama ibadah tersebut

3.    Jika nama ibadah itu ada hukumnya fardu dan ada yang mandub atau mustahab maka kata fardu atau mandub dihunjamkan dalam hati

4.    Kemudian niat itu harus dihunjamkan kata lillah atau karena ridolloh atau liwajhillah

5.    Fungsi niat untuk membedakan antara amal yang disyariatkan dengan yang tidak ada syariatnya

6.    Doa yang ada hadisnya dalam suatu ibadah bukan menggambarkan lafaz niat tetapi doa itu zikir setelah menghunjamkan niat dalam hati

 



[1] الكتاب : التحقيق والإيضاح لكثير من مسائل الحج والعمرة والزيارة المؤلف : عبد العزيز بن عبد الله بن باز الطبعة : الثانية والعشرون الناشر : وزارة الشئون الإسلامية والأوقاف والدعوة والإرشاد - وكالة المطبوعات والبحث العلمي تاريخ النشر : 1425هـ عدد الصفحات : 112 عدد الأجزاء : 1 مصدر الكتاب : موقع الإسلام http://www.al-islam.com [ ضمن مجموعة كتب من موقع الإسلام ، ترقيمها غير مطابق للمطبوع ، وغالبها مذيلة بالحواشي ]  ج 1 ص 16

[2] الكتاب : الفقه في الدين المؤلف : أحمد بن حجر آل بن علي & محمد بن سليمان التميمي & عبد الرحمن بن ناصر بن سعدي الطبعة : الأولى الناشر : وزارة الشؤون الإسلامية والأوقاف والدعوة والإرشاد - المملكة العربية السعودية تاريخ النشر : 1417هـ عدد الصفحات : 176 عدد الأجزاء : 1 مصدر الكتاب : موقع الإسلام http://www.al-islam.com [ ضمن مجموعة كتب من موقع الإسلام ، ترقيمها غير مطابق للمطبوع ، وغالبها مذيلة بالحواشي ] ج 1 ص 71

 

[3] الكتاب : من الأحكام الفقهية في الطهارة والصلاة والجنائز المؤلف : محمد بن صالح العثيمين الطبعة : الأولى الناشر : وزارة الشؤون الإسلامية والأوقاف والدعوة والإرشاد - المملكة العربية السعودية تاريخ النشر : 1420هـ عدد الصفحات : 68 عدد الأجزاء : 1 مصدر الكتاب : موقع الإسلام http://www.al-islam.com [ ضمن مجموعة كتب من موقع الإسلام ، ترقيمها غير مطابق للمطبوع ، وغالبها مذيلة بالحواشي ] ج 1 ص 19

[4] الكتاب : تحفة الإخوان بأجوبة مهمة تتعلق بأركان الإسلام المؤلف : عبد العزيز بن عبد الله بن باز الطبعة : الثانية الناشر : وزارة الشئون الإسلامية والأوقاف والدعوة والإرشاد - المملكة العربية السعودية تاريخ النشر : 1423هـ عدد الصفحات : 232 عدد الأجزاء : 1 مصدر الكتاب : موقع الإسلام http://www.al-islam.com [ ضمن مجموعة كتب من موقع الإسلام ، ترقيمها غير مطابق للمطبوع ، وغالبها مذيلة بالحواشي ] ج 1 ص 72

[5]الكتاب : رسالة في الفقه الميسر المؤلف : صالح بن غانم السدلان الطبعة : الأولى الناشر : وزارة الشؤون الإسلامية والأوقاف والدعوة والإرشاد - المملكة العربية السعودية تاريخ النشر : 1425هـ عدد الصفحات : 134 عدد الأجزاء : 1 مصدر الكتاب : موقع الإسلام http://www.al-islam.com [ ضمن مجموعة كتب من موقع الإسلام ، ترقيمها غير مطابق للمطبوع ، وغالبها مذيلة بالحواشي ]  ج 1 ص 74

[6] . الكتاب : فتاوى اللجنة الدائمة للبحوث العلمية والإفتاء ( 10 ) المؤلف : أحمد بن عبد الرزاق الدويش الطبعة : الأولى الناشر : رئاسة إدارة البحوث العلمية والإفتاء - الإدارة العامة للطبع – الرياض تاريخ النشر : 1417هـ - 1996م عدد الصفحات : 421 عدد الأجزاء : 1 مصدر الكتاب : موقع الإسلام http://www.al-islam.com [ ضمن مجموعة كتب من موقع الإسلام ، ترقيمها غير مطابق للمطبوع ، وغالبها مذيلة بالحواشي ]  ج 7 ص 341

 

[7] ٍَQS. Al-Maidah,(5) 6:

[8] QS. an-Nisa’,(4): 43

[9] . الكتاب : المنتقى من فتاوى الفوزان ج 63 ص 9

[10] لكتاب : سلسلة لقاءات الباب المفتوح هي عبارة عن سلسلة لقاءات كان يعقدها فضيلة الشيخ محمد بن صالح العثيمين - طيب الله ثراه - بمنزله كل خميس. ابتدأ الشيخ هذه اللقاءات في أواخر شوال تقريباً في العام (1412هـ) وانتهت هذه السلسلة في الخميس الرابع عشر من شهر صفر، عام (1421هـ). قام بتفريغها موقع الشبكة الإسلامية. ج 5 ص  29

 

 

No comments: